Senin, 08 Desember 2014

Suasana Ramadan 2014 di Amerika Serikat

Suasana Ramadan 2014 di Amerika Serikat

Di bulan suci Ramadan, muslim Amerika dari latar belakang berbeda berkumpul di masjid, Islamic Center atau rumah untuk berbuka bersama, melakukan salat malam berjamaah dan membantu orang miskin.

Presiden Islamic Center di Washington DC, Imam Khouj Abdulla mengatakan hal itu dilakukan agar muslim Amerika merasa seperti berada di negara muslim atau komunitas muslim.

"Kami menawarkan makanan untuk berbuka puasa. Selama Ramadan, ada sekitar lebih dari 600 orang yang terdiri dari pria dan wanita beserta anak-anak mereka berkumpul di Islamic Center. Mereka berbuka puasa dan beribadah bersama kami," katanya.

Setelah berbuka, biasanya mereka akan melakukan salat malam. "Salat malam di bulan Ramadan adalah ekspresi pengabdian kepada Allah dan mencari pengampunan dari-Nya," kata Said Aly, seorang dokter muslim Amerika.

Tidak hanya itu, Aly dan kelompok pengajiannya juga berusaha mengkhatamkan Alquran dengan menyelesaikan satu juz setiap malamnya.

Sementara itu, Abdulla Mahroum adalah seorang yang pandai dan fasih membaca ayat-ayat Alquran di Dar Al-Hijrah, sebuah Islamic Center di Virginia. Dia datang ke AS pada Ramadan 2003.

Saat itu ia tengah melakukan tur membaca Alquran di beberapa masjid di Amerika. Berkat bakat langka itu, Mahroum mendapat izin tinggal permanen di AS.

Terutama di bulan Ramadan, muslim Amerika berbondong-bondong ke Islamic Center untuk mendengarkan bacaan Alquran oleh pelantun-pelantun kitab suci terbaik. Kini, Mahroum melatih pemuda muslim Amerika untuk menjadi pelantun dan penghafal Alquran terbaik.

Terlepas dari negara asal mereka, muslim Amerika juga menjalankan tradisi selama Ramadan. Mereka berbelanja di toko daging halal, menyiapkan makanan untuk berbuka puasa dengan keluarga dan teman-teman serta melakukan salat berjamaah.

Selama Ramadan, muslim Amerika memiliki tantangan tersendiri, seperti jam kerja panjang dan rekan-rekan yang tidak puasa. Tapi bagi Mohamed Ibrahim hal itu bukan menjadi halangan. "Saya harus berpuasa karena itu adalah kewajiban agama saya, jadi tidak peduli apa yang orang lain lakukan,' katanya.

Imam Hassan Qazwini, ketua Islamic Center of America di Dearborn, Michigan mengatakan setiap malam tempatnya mengadakan pengajian yang diisi dengan pembacaan Alquran disertai pelajaran tafsir serta khotbah singkat tentang Islam.

Pengajian tersebut difokuskan kepada remaja muslim kelahiran Amerika yang fasih berbahasa Inggris karena mereka akan menjadi duta bagi non-muslim.

Ditambahkannya, sebanyak 1000 orang melakukan salat malam di Islamic Center of America selama bulan Ramadan setiap harinya. Untuk menjangkau khalayak yang lebih luas, kegiatan-kegiatan tersebut disiarkan secara online.

Ramadan juga menjadi kesempatan tahunan bagi muslim Amerika untuk mendidik publik Amerika tentang hari-hari suci Islam dan agama Islam.

Pendidikan tentang Islam yang dilakukan termasuk menggelar open house di masjid-masjid lokal dan Islamic Center, kuliah umum tentang Ramadan, buka bersama bersama non-muslim dan iklan TV yang mengingatkan semua orang Amerika bahwa muslim merupakan bagian integral dari masyarakat Amerika.

Sementara Nihad Awad, direktur eksekutif lembaga hubungan Amerika-Islam di Washington mengatakan Ramadan adalah kesempatan untuk mendorong dialog antaragama.

"Kami mengirimkan informasi yang berkaitan dengan Ramadan kepada konstituen dan teman-teman non-Muslim. Kita juga mengatur program di mana kita berbicara tentang Ramadan. Kami melakukan hal ini tidak hanya dengan Islamic Center tapi juga dengan kelompok lintas agama juga," kata Awad.

Sejak awal 1990-an, presiden Amerika mentradisikan untuk mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan setiap tahunnya kepada lebih dari 1,2 miliar muslim di seluruh dunia.

Imam Khouj percaya ucapan selamat presiden tersebut turut membantu meningkatkan kesadaran di kalangan orang Amerika tentang Ramadan.

"Presiden negara besar ini mengakui bahwa umat Islam sedang berpuasa dan turut mengucapkan selamat. Hal itu, pada saat yang sama, membuat Muslim Amerika merasa bahwa mereka disambut di negara ini," kata Khouj.

0 komentar:

Posting Komentar